BFC,PANGKALPINANG – Polemik keberadaan bangkai kapal KM Lintas Armada Nusantara yang telah berbulan-bulan dibiarkan di alur pelayaran Sungai Baturusa Pangkal balam Pangkalpinang, kembali mendapat sorotan para nelayan Pangkalpinang.
Ketua DPC HNSI Kota Pangkalpinang, Asnam Basuri, mengungkapkan bahwa hingga Senin (1/12/2025) pukul 17.00 WIB, bangkai kapal tersebut belum diangkat dan tidak diberi tanda keselamatan apapun, sehingga membahayakan ratusan kapal nelayan yang melintas setiap hari di sungai itu.
Asnam menegaskan dirinya rutin melintas di alur tersebut saat melaut, dan masih menemukan kapal karam itu dalam kondisi melintang di alur, bukan sejajar jalur pelayaran.
“Posisinya seperti tronton berhenti di tengah jalan. Nelayan terpaksa menghindar karena arus bisa menyeret kapal ke bangkai itu, terutama saat pasang,” tandas Asnam.
Menurut Asnam, keberadaan bangkai kapal itu berdampak langsung bagi sekitar 600 armada nelayan kecil dari Kerikil, Pancur, Pangkal Arang, hingga kawasan bawah jembatan.
“Ada yang 6 GT, 5 GT, 4 GT. Semua melintas alur itu setiap hari,” katanya.
Ia menilai tidak adanya rambu, lampu, atau tanda keselamatan adalah kelalaian serius dari pihak instansi yang mengatur persoalan lalulintas sungai dan laut.
“Jangankan lampu kilat, lilin pun tidak ada. Padahal KSOP menyatakan sudah menganggarkan pemasangan rambu,” tegasnya.
Asnam menantang KSOP turun langsung ke lokasi pada malam hari.
“Kalau KSOP bilang sudah dipasang lampu, ayo kita investigasi sama-sama. Jangan disimpan-simpankan,” ujarnya.
Hingga saat ini, menurut Asnam, nelayan memang belum mengajukan permohonan resmi secara tertulis kepada KSOP.
Namun ia menilai tidak adanya respons cepat pihak berwenang hingga satu tahun ini, telah memperburuk risiko kecelakaan di laut.
Ia juga menyebut kondisi bangkai kapal yang miring dan tetap terlihat baik saat pasang maupun surut. “Itu kapal bisa dinaiki saat investigasi. Lokasi tidak terlalu dalam,” ujarnya.
Asnam berharap pemerintah dan KSOP segera mengambil langkah darurat.
“Minimal pasang tanda bahaya, lampu, atau garis pengaman dulu. Kalau belum bisa diangkat, paling tidak jangan biarkan nelayan terancam setiap hari,” katanya.
Para jurnalis dalam waktu dekat ini diajak Asnam untuk melihat langsung bangkai kapal yang mengganggu lalu lintas di sungai.
Ia berharap para jurnalis bisa mendokumentasikan kondisi bangkai kapal tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, pihak KSOP belum memberikan tanggapan atas keluhan nelayan maupun permintaan verifikasi di lapangan.
Tim Journalis Babel Bergerak masih berusaha mendapatkan konfirmasi dari KSOP Pangkalbalam maupun pemilik kapal KM Lintas Armada Nusantara. (red).






