BFC, BANGKA TENGAH — Maraknya tambang illegal di kawasan Merbuk Kecamatan Koba Bangka Tengah memunculkan dua nama yang disebut-sebut berkaitan dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Nama ini disebut-sebut ikut bermain dalam gemuruh bunyi mesin Ponton Isap Produksi, yang dalam satu bulan ini berani menggasak kawasan Merbuk, Kenari dan Pungguk.
Ada yang menyebut Kapten Wahyu ada pulau yang menyebut Mayor Wahyu. Apakah ini satu orang ataukah dua orang yang memiliki nama yang sama.
Sebenarnya selalun Wahyu (entah benar kapten ataupun mayor), masih banyak lagi kolektor ataupun koordinator tambang di kawasan bekas IUP PT Koba Tin tersebut.
Anehnya hingga kini, tidak ada aparat penegak hukum, satgas halilintar maupun satgas-satgas lainnya yang membubarkan aktivitas tambang di kawasan Merbuk, Pungguk dan Kenari.
Aneh bin ajaib, ya begitulah yang terlihat dan terdengar bisingnya bunyi mesin puluhan PIP di sana.
“Izin Bang, mohon dibantu klarifikasi terkait hal-hal yang mungkin mencatut nama saya tapi beda pangkat. Karena status saya disini cuma cuti. Adapun nanti misal jadi pindah memang saya pengen pindah ke sini, tapi masih proses karena habis kenaikan pangkat dan sesko, baru bisa pindah. Demikian bang izin sebelumnya meluruskan berita yg beredar,” ujar seseorang yang mengaku
Mayor Wahyu, kepada Tim Media ini.
Sebelumnya Tim Media ini mendapat informasi bahwa ada oknum bernama Kapten Wahyu ikut bermain tambang di Merbuk.
Namun saat dikonfirmasi, Wahyu mengaku bukan Kapten. Dirinya adalah Mayor Wahyu.
“Nama kami bukan Kapten Wahyu, Kami Mayor Wahyu, dan tidak pernah atau menjadi pengurus lokasi tersebut,” ujar Wahyu.
Wahyu mengaku dirinya sedang cuti karena istrinya yang merupakan asli Koba melahirkan anak mereka.
Wahyu sendiri mengaku dinas di Papua sudah 12 tahun.
“Untuk penampungan timah saya tidak tahu menahu, apalagi jual kemana. Setahu saya semua sekarang terkodinir dari PT Timah. Kami mengakui pernah diajak dalam arti disuruh modal untuk bergerak di bidang timah, tapi saya bilang kalo saat ini tidak ada modal atau fokus lahiran. Tidak bisa fokus juga karena status saya belum pindah satuan,” ungkap Wahyu.
Sebelumnya informasi yang dihimpun Tim Media ini di lapangan menyebutkan bahwa nama Wahyu disebut-sebut dalam aktivitas tambang di kawasan Merbuk dan Kenari, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah.
Beberapa pekerja tambang menyebut, “ponton Wahyu” tetap beroperasi di Kolong Merbuk meski sempat dilakukan penertiban.
Namun menariknya, narasumber juga menyebut bahwa ponton tersebut kini diurus oleh seseorang yang dikenal dengan julukan “Tokek Simper” sosok yang disebut-sebut menjadi tangan kanan di lapangan dan kerap mengkoordinir aktivitas penambangan.
Hal inilah yang memantik reaksi publik. Masyarakat mempertanyakan:
Apakah benar Wahyu adalah perwira aktif TNI? Jika benar, apakah pantas seorang anggota TNI terlibat dalam aktivitas tambang timah ilegal di Bangka Tengah?
Publik menilai kasus ini harus segera diusut oleh Polisi Militer (POM) TNI, lantaran Wahyu mengaku sebagai anggota aktif TNI berpangkat Mayor. (red).






