BFC,BATURUSA — Di tengah panas matahari Minggu pagi (25/10/2025), suara sekop dan cangkul berpadu dengan tawa warga Dusun Pelaben, Desa Baturusa, Kecamatan Merawang. Di ujung jalan kompleks perumahan eks PT Timah, sekitar tiga puluh warga bergotong royong memperbaiki gorong-gorong yang rusak, merapikan jalan berlubang, serta menata taman segi tiga di pintu masuk perumahan.
Bagi masyarakat Pelaben, gotong royong bukan sekadar tradisi — tapi cara mereka menjaga kebersamaan dan memperjuangkan lingkungan yang lebih layak.
“Kalau kita nunggu bantuan, mungkin entah kapan. Jadi kami sepakat turun tangan sendiri,” kata Pahrudin, Ketua RT 12 Dusun III yang ikut memimpin kegiatan pagi itu. Ia memandang kerja bersama ini bukan hanya soal jalan, tapi tentang rasa memiliki yang semakin kuat di antara warga.
Akses Jalan yang Sudah Puluhan Tahun Tak Tersentuh .Perumahan Pelaben dulunya merupakan kompleks karyawan PT Timah yang dibangun pada era 1980-an. Setelah dilelang kepada para mantan karyawan sekitar tahun 1985, status rumah-rumah di kawasan itu kini sudah menjadi milik pribadi. Namun, status jalan kompleks hingga kini masih menggantung — diklaim sebagai aset PT Timah, sehingga pemerintah daerah tidak bisa menganggarkan perbaikan.

“Terakhir kali jalan ini diaspal itu tahun 1998,” tutur Dedy, salah satu warga yang sejak kecil tinggal di kawasan itu. “Sudah rusak parah. Kami sudah berkali-kali mengajukan permohonan pelepasan aset ke PT Timah, bahkan tujuh fraksi DPRD Bangka pernah mendukung, tapi belum ada tanggapan sampai sekarang.”
Pada tahun 2019, menurut warga, Pemkab Bangka sebenarnya sempat merencanakan pengaspalan jalan di kompleks Pelaben. Namun rencana itu kandas karena alasan administrasi: aset jalan belum diserahkan PT Timah ke pemerintah daerah.
“Dewan takut ada temuan kalau disahkan tanpa status aset yang jelas,” ujar Dedy lagi dengan nada kecewa.
Masjid dan Akses Hidup Warga
Bagi masyarakat Pelaben, jalan itu bukan hanya untuk lalu lintas sehari-hari. Di ujung jalan berdiri sebuah masjid yang menjadi pusat kegiatan warga, bukan hanya dari Pelaben, tapi juga dari dusun-dusun sekitar. Karena itu, kondisi jalan yang rusak parah sering kali menyulitkan jamaah datang untuk salat Jumat atau kegiatan keagamaan lainnya.
Kamarudin, salah satu tokoh masyarakat, berharap perhatian dari PT Timah maupun pemerintah segera datang.

“Masjid ini untuk semua, bukan hanya warga kompleks. Kami ingin akses ke masjid dan perumahan ini layak seperti perumahan lain. Kalau bisa, PT Timah bantu perbaiki atau serahkan asetnya ke Pemkab supaya bisa diaspal,” ujarnya.
Dari Jalan Rusak, Tumbuh Semangat Baru
Meski berbagai upaya formal belum membuahkan hasil, semangat gotong royong warga Pelaben tak surut. Minggu itu mereka menutup kegiatan dengan makan bersama di bawah pohon rindang dekat taman segitiga sederhana, tapi penuh makna.
“Kegiatan ini bukan hanya tentang membuka jalan,” kata Kamarudin menutup kegiatan, “tapi juga membangun kebersamaan dan rasa memiliki terhadap kemajuan dusun. Kalau kita bersatu, insya Allah Dusun Pelaben akan semakin maju.”
Bagi warga Pelaben, jalan yang mereka perbaiki hari ini mungkin masih penuh tambalan. Tapi di sela-sela batu dan tanah yang mereka ratakan, ada harapan baru — bahwa perubahan bisa dimulai dari tangan sendiri. (Dedy Semile).






