BFC, PANGKALPINANG — Keluhan warga terhadap limpahan air dari perkebunan sawit PT Bukit Permata Estate mendapat beragam tanggapan, masyarakat termasuk juga dari Penegakan Hukum (Gakum) Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Meski belum melakukan tindakan apapun terhadap keluhan warga Dusun Jelitik Desa Ibul Kabupaten Bangka Barat tersebut, namun paling tidak sudah ada respon dari Gakum DLHK Provinsi Babel.
“Terima kasih informasinya Pak, akan kami koordinasikan dengan atasan kami,” ujar Ayubi
Diakui.., untuk saat pihaknya masih dalam tahap penerimaan informasi dari masyarakat atau media, nanti akan kami tindak lanjuti berdasarkan kewenangan penanganan perkara, untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan berdasarkan kewenangan provinsi atau kabupaten.

“Dinas LHK sampai saat ini berkomitmen menangan aduan/ masukan dari masyarakat terkait permasalahan lingkungan hidup dan kehutanan sesuai dengan kewenangannya,” tukasnya.
“Masyarakat bisa mengadukan langsung ke Dinas melalui Pos Pengaduan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, atau bersurat ke Dinas LHK,” tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, warga kebun yang berbatatasan dengan PT Bukit Permata Estate mengeluhkan, jika hujan dua jam saja akan memicu banjir yang menggenangi kebun dan lahan pertanian warga, akibat luapan air dari kanal perusahaan.
“Persoalan ini memuncak dua bulan terakhir ini, sejak Pak David memimpin PT BPE, sebelumnya masih bisa kami toleransi. Tapi belakangan dengan adanya pembuatan kanal di perkebunan PT BPE zaman Pak David ini, air meluap ke kebun-kebun kami,” ujar Ilan, salah satu pengelolah kebun sawit yang bersebelahan dengan perkebunan PT BPE di kawasan Dusun Jelitik Desa Ibul, Senin (20/10/2025).

Kanal Perusahaan Jadi Sumber Genangan
Didampingi mantan Ketua Kampung Jelitik Jali dan sejumlah warga lainnya, Ilan menjelaskan masalah bermula ketika pihak perusahaan membuat kanal pembuangan air dari areal inti perkebunan.
Kanal itu seharusnya berfungsi menyalurkan air hujan dan limpasan dari lahan sawit agar tidak menimbulkan genangan di area produksi.
“Namun, aliran air justru diarahkan ke saluran alami yang melewati kebun milik warga. Akibatnya, setiap kali hujan lebat turun, air dari kanal perusahaan meluap dan membanjiri kebun masyarakat di perbatasan dengan kebun sawit mereka,” tukas Ilan, sembari menunjukkan kanal yang dibuat oleh PT BPE.
“Kalo hujan, airnya deras sekali, datang dari arah kebun sawit itu. Ladang padi saya tidak jauh dari perbatasan kebun sawit PT. Itu coba lihat, sebagian tanah warga di sini juga terendam oleh air yang dialirkan dari perkebunan mereka,” timpal Jali (52).
Drainase yang Tidak Tertata
Untuk mencari kebenaran informasi, Tim Media ini bersama Ilan dan sejumlah warga mendatangi lokasi yang dikeluhkan mereka.
Dari pantauan lapangan, terlihat parit besar yang dibuat perusahaan memang berujung langsung ke aliran yang melintasi kebun warga. Tidak ada sistem pengendali air atau buffer zone seperti yang seharusnya ada dalam tata kelola perkebunan berkelanjutan.
“Kalau diatur baik, mestinya air dialirkan ke kolam penampung dulu, bukan langsung dibuang ke lahan warga. Ini jelas kesalahan teknis dan etika,” ujar Ilan.
Menurut Ilan, kondisi ini bukan sekadar kelalaian, tapi juga mencerminkan ketidakpatuhan perusahaan terhadap prinsip pengelolaan lingkungan hidup.
Untuk mendapatkan penjelasan terkait persoalan ini, Tim Media ini mencoba mendatangi Kantor PT BPE di Jalan Pangkalpinang-Mentok Km 85 Desa Terentang Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kode pos 33364, Senin (20/10/2025) sekitar pukul 13.00 WIB.
Hanya saja, saat didatangi kantor PT BPE, Askep PT BPE David P Napitupulu sedang tidak ada ditempat.
Menurut salah satu pekerja, seorang wanita paruh baya, Askep David sedang keluar.
“Coba Bapak ke rumahnya, siapa tahu Pak David ada di rumah,” ujar wanita ini sembari menunjukkan satu rumah yang tidak jauh dari Kantor PT BPE.
Saat tim media mendatangi rumah yang dimaksud, dan diketok-ketok sampai tiga kali berulang, tidak satupun orang yang menyahut salam apalagi membuka pintu. (red).


 
											




