Telan Dana 340 Juta untuk Satu Lokal? Publik Curiga Proyek Laboratorium SMAN 1 Merawang Sarat Kejanggalan

oleh

BFC BANGKA — Proyek rehabilitasi ruang laboratorium SMAN 1 Merawang Kabupaten Bangka kembali menjadi sorotan publik, setelah muncul dugaan ketidaksesuaian antara nilai anggaran dan hasil pekerjaan di lapangan.

Temuan ini terungkap ketika tim media ini melakukan peninjauan langsung ke lokasi pada Sabtu (22/11/2025).

Seorang pekerja dari CV Aditya Pranata, yang enggan disebutkan namanya, mengaku heran dengan perbandingan anggaran dua proyek rehabilitasi di sekolah yang sama.
Ia menyebut bahwa pekerjaan yang dilakukan perusahaan tempatnya bekerja memiliki cakupan lebih besar, namun anggarannya tak sebanding dengan proyek rehab laboratorium yang dikerjakan CV LULU.

“Coba abang bandingkan. Rehab ruang laboratorium dengan anggaran Rp 340 juta lebih itu beda jauh dengan yang kami kerjakan. Kami dapat anggaran Rp748 juta, tapi kerjaannya empat lokal, ganti atap, ganti plafon, ganti keramik, ganti jendela. Sedangkan yang di laboratorium itu satu lokal saja,” ujarnya.

Perbedaan Anggaran Mencolok
Berdasarkan dokumen yang diperoleh, proyek rehabilitasi ruang laboratorium SMAN 1 Merawang tercatat dalam SPK:
* Nomor SPK: 421/012/SPK/REHAB–LAB Merawang/2025
* Nilai Kontrak: Rp 340.950.867,75
* Sumber Dana: APBD Provinsi Bangka Belitung
* Penyedia Jasa: CV LULU
* Waktu Pelaksanaan: 90 hari kalender
Sementara untuk pekerjaan rehabilitasi ruang guru/kepala sekolah di sekolah yang sama:

* Nomor Kontrak: 422/007/REHAP PG SMAN 1 Merawang/Dindik/2025
* Nilai Kontrak: Rp 748.910.251,46
* Pelaksana: CV Aditya Pranata
* Waktu Pelaksanaan: 90 hari kalender
Temuan Lapangan: Keramik Lama Masih Terpasang

Hasil investigasi di lokasi menunjukkan bahwa pekerjaan rehabilitasi laboratorium oleh CV LULU meliputi:
* Penggantian atap dengan rangka baja
* Penggantian plafon
* Pengecatan dinding gedung
Namun, lantai keramik lama masih terlihat jelas, menandakan tidak adanya pembongkaran atau penggantian keramik sebagaimana dilakukan pada proyek dengan anggaran lebih besar di ruang lain.

“Kalau keramik, abang lihat sendiri. Masih yang lama. Padahal anggaran yang disebutkan tidak kecil untuk satu lokal,” tambah pekerja tersebut.

Publik Pertanyakan Kelayakan Anggaran
Dugaan ketimpangan muncul karena nilai kontrak tetap dianggap tinggi meski cakupan pekerjaan dinilai minim. Beberapa warga yang sempat berada di lokasi juga mempertanyakan apakah perhitungan RAB sudah sesuai standar teknis maupun harga pasar.

Sejumlah aktivis pendidikan di Bangka Belitung mendesak agar Dinas Pendidikan Provinsi dan APIP melakukan audit mendalam, termasuk memeriksa RAB, spesifikasi teknis, dan perbandingan harga satuan.

Informasi lain yang beredar menyebut adanya penggunaan material jendela rangka baja yang diduga berasal dari tambang atau usaha lain milik penyedia jasa, CV LULU.
Meski belum terkonfirmasi resmi, hal ini menambah daftar pertanyaan publik mengenai transparansi proyek.

Sejauh ini, pihak CV LULU, CV Aditya Pranata, maupun Dinas Pendidikan Provinsi Babel belum memberikan keterangan resmi terkait temuan ini. Pemeriksaan dan audit lapangan dinilai sangat penting mengingat dana yang digunakan berasal dari APBD Provinsi, yang seharusnya dikelola secara akuntabel dan transparan. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.